Perkara-perkara Mustahab dalam
Puasa Ramadhan
Oleh: Syaikh Muhammad Bin Abdul Wahhab Al-Wushabi hafizhahullah
Mencari rukyatul hilal bila telah ditunaikan orang yang mencukupi, itu adalah mustahab pada perorarangan dan wajib atau ummat seluruhnya.
doa ketika melihat hilal.
sahur
makan tamr (kurma masak) ketika sahur.
mengakhirkan sahur (mendekati fajar).
menyedikitkan dalam makan ketika sahur dan berbuka.
menyegerakan berbuka jika matahari benar-benar telah tenggelam.
Berbuka dengan ruthab (kurma mengkal), jika tidak ada, dengan tamr (kurma masak), jika tidak ada dengan beberapa teguk air, jika tidak ada dengan makanan yang mudah dari yang halal dan thayyib (baik).
Mengucapkan setelah berbuka: (yang artinya) “Telah hilang rasa dahaga, urat-urat telah basah, pahala telah tetap, Insya Allah.” (HR. Abu Dawud 2357, ad-Daruquthni 2/185, al-Hakim (1/422), Ibnus Sunni 489 dari hadits Abdullah bin Umar radhiyallahu ‘anhu dengan sanad hasan.)
Mendoakan orang yang memberikan makanan berbuka untukmu.
Memperbanyak memberi makanan berbuka pada orang yang berpuasa setelah matahari tenggelam.
Semangat untuk memulai shalat tarawih bersama imam, dan berpaling bersamanya.
menjaga doa qubut witir.
Berungguh-sungguh dalam ramadhan dengan perkara yang tidak ada pada bulan lainnya. Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, dia berkata: Dulu Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam adalah orang yang paling dermawan dengan kebaikan, dan beliau lebih dermawan lagi ketika bulan ramdhan ketika Malaikat Jibril menemuinya. Dan Malaikat Jibril ‘alaihis salam menemui beliau setiap malam pada bulan ramadhan, sampai berakhir bulan ramadhan. Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam memurajaah hapalan al-Qur’an kepadanya. Jika Malaikat Jibril telah menemui beliau, beliau adalah orang yang paling dermawan dengan kebaikan dibanding angin yang bertiup. (HR. Al-Bukhari No 6 dan 1803, serta Muslim No. 2308)
Bersungguh-sungguh dalam sepuluh hari terakhir lebih daripada pada hari lainnya. Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, dia berkata: “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dulu bersungguh-sungguh pada sepuluh hari terakhir lebih dibanding dari hari lainnya.” (HR. Muslim No. 1175)
Semangat untuk menghidupkan malam sepuluh hari terakhir. Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, dia berkata: Dulu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam jika masuk sepuluh hari terakhir, beliau menghidupkan malamnya, membangunkan keluarganya, besungguh-sungguh dan mengencangkan sarungnya.” (HR. Al-Bukhari No. 1920, Muslim No. 1174, dan ini lafazh Muslim)
Memperbanyak mengucapkan doa: (yang artinya) “Ya Allah sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, Menyukai Pemaafan, maka maafkanlah aku” pada malam (lailatul) Qadr.
Memperbanyak istighfar pada waktu sahur.
Mengucapkan: (yang artinya) “Aku adalah orang yang sedang puasa” kepada orang yang mencelanya.
Membiasakan anak-anak untuk berpuasa bila telah berumur tujuh tahun.
Umrah pada bulan ramadhan.
Menjaga I’tikaf pada sepuluh hari terakhir bulan ramadhan.
Bersambung Insya Allah …
(Sumber: Mudzakarah Ahkam Ash-Shiyam)
0 comments:
Post a Comment